BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sejarah adalah kacamata masa lalu
yang menjadi pijakan dan pedoman bagi
setiap manusia di masa mendatang,dengan artian hal tersebut juga berlaku bagi
kita yang harus mengerti dan paham tentang sejarah,terutama Sejarah Peradaban
Islam.Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan
Khulafaurrasyidin,tentu berganti pula system pemerintahannya pada masa itu
menjadi masa daulah,dan dalam hal ini akan disajikan tentang masa daulah
Abbasiyah.
Daulah Abbasiyah didirikan secara
revolusioner atau dengan menggulingkan kekuasaan Daulah Umayyah yang pada saat
itu daulah umayyah dipimpin oleh khalifah Marwan II bin Muhammad.
Kekuasaan Daulah Abbasiyah
berlangsung cukup lama sejak tahun 132 H – 656 H / 750 M – 1258 M.Dab dalam
pemerintahan itu ada 3 dinasti yang pernah memegang kekuasaan yaitu Dinasti
Bani Abbas,Bani Buwaihi dan Bani Saljuk dengan khalifah sebanyak 37 orang.
Pada masa ini tercapai peradaban
yang gemilang dan juga merupakan puncak kejayaan Negara islam,dan puncak
popularitas daulah abbasiyah berada pada zaman pemerintahan Harun Al Rasyid dan
puteranya Al Makmun.
Namun demikian daulah abbasiyah juga
mengalami kemunduran dan kehancuran
disaat datangnya penyerangan dari bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu khan
pada tahun 1258 M.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Sejarah didirikannya Dinasti Abbasiyah
2.
Bagaimana Masa kejayaan Dinasti
Abbasiyah
3.
Apa Peradaban yang berkembang pada
masa itu
4. Apa Faktor
penyebab runtuhnya daulah Abbasiyah
Tujuan penulisan,
1.
Mengetahui proses berdirinya daulah
abbasiyah
2.
Mengetahui masa kejayaannya
3.
Mengetahui proses dan factor
kemunduran dan kehancuran daulah abbasiyah
A.
Sejarah berdirinya Dinasti
Abbasiyah
Pemerintahan
dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullas SAW, sementara
Khalifah Pertama dalam pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah Bin
Muhammad Bin Ali Bin Abdullah Bin Abbas Bin Abdul Muthalib.
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H./750 M, oleh Abul Abbas Ash –shaffah, dan
sekaligus sebagai Khalifah pertama.kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang,yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H
(750 M-1258 M ). Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan
pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim ( alawiyun ) setelah
meninggal Rasulullah dengan mengatakan behwa yang berhak untuk berkuasa adalah
keturunan rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum
berdiri Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam
memainkan perananya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar pama Rasulullah
SAW, Abbas Bin Abdul Muthalib. Darimana Al-Abbas paman rasulullah inilah nama
ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaymah,Khuffah,dan
Khurosan. Humaimah merupakan tempat yang tentram , bermukim dikota itu Bani
Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas.
Khufah merupakan wilayah penduduknya menganut aliran syiah, pendukung Ali Bin
Ali Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah. Khurosan
memiliki warga yang pemberani, kuat fisik,teguh pendirian,tidak mudah
terpengaruh nafsuh,dan tidak mudah bingung
terhadap kepercayaan yang menyimpang, disanalah yang diharapkan dakwa
kaun Abbasiyah mendapat dukungan.
Dikota Humaimah bermukim
Keluarga Abbasiyah , Salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad Bin Ali
yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia
menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah
SAW. Para penerang dakwa Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah papa
pemimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad
Bin Ali.
Propraganda
Abbasiyah dilaksamakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan
rahasia . akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan
mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh Khalifah Umayyah
terakhir, Marwan Bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti
Umayyah dan dipenjarakan diharan sebelum akhirnya eksekusi. Ia mewasiatkan
kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia
akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah kekuffah. Sedangkan pemimpin
propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari
Humayyah ke kuffah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu
ja’far ,Isa Bin Musa,dan Abdullah Bin Ali.
Pengusa Umayyah diupah ,Yazin
Bin Umar Hubairah, ditaklukkan di oleh Abbasiyah dan diusir diwasit. Abu Salamah
selanjutnya berkemah selanjutnya berkemah dikufah yang telah ditaklukkan pada
tahun 132 H. Abdullah Bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan
untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir , Marwan bin Muhammad bersama
pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul didaratan rendah dalam
empat periode berikut :
1.
Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah
tahun 132 H (750 M) sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847 M )
2.
Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada
tahun 232 H (847 M ) sampai berdiri daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334
H ( 946 M )
3.
Masa Abbasiyah IV, yaitu masukannya orang-orang saljuk ke
baghadad tahun 447 H (1055 M) sampai jatuhnya baghdad ke tangan bangsa mongol
dibawah pimpinan hulagu Khan pada tahun 656 H ( 1258 M )
4.
Masa Abbasiyah IV,yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Bagdad
tahun 477 H (1055) Sampai jatuhnya Bagdad ke tangan bangsa Mongol dibawah
pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M)[1]
B.
Faktor Pendukung Berdirinya
Dinasti Abbasiyah
Diantara
situasi-situasi yang mendorong berdirinya Dinasti Abbasiyah Dan menjadi rumah
lemah Dinasti adalah
1.
Timbulnya pertentangan politik antara Muawiyah dengan
pengikut Ali Bin Abi Thalib (syiah)
2.
Munculnya golongan Khawarij akibat pertentangan politik
antara Muawiyah dan Syiah, dan kebijakan-kebijakan yang kurang adil.
3.
Timbulnya politik-politik penyelesaian Khalifah dan Konflik
dengan cara damai.
4.
Adanya dasar penafsiran bahwa keputusan politik harus
didasarkan pada al-qur’an dan oleh golongan Khawarij orang islam non arab
5.
Adanya konsep hijrah dimana setiap orang harus bergabung
dengan golongan khawarij yang tidak bergabung dianggap sebagai orang yang
berada pada Dar Al-Harb, dan hannya golongan khawarij lah yang berada pada Dar
Al Islam
6.
Bertambah gigihnya perlawanan pengikut syiah terhadap Umayyah
setelah terbunuhnya Husen Bin Ali dalam pertempuran Karbala
7.
Munculnya paham Mawali yaitu paham tentang perbedaan antara
orang islam arab dan Non arab
C.
Alasan Ideologis Dinasti
Abbasiyah
Secara
kronologis, Nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-Abbas,Ali Bin Abi
Thalib dan Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara
Bani Abbas dengan Nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan ini sama-sama Klaim
bahwa jabatan khalifah harus berada ditangan mereka. Keluarga Abbas Klaim bahwa
setelah wafatnya Rasulullah merekalah yang merupakan penerus dan penyambung
keluarga Rasul.
Secara
umum sebenarnya keturunan Ali Bin Abi Thalib lebih kepada Rasulullah karena
Fatimah Sebagai anak perempuan Rasulullah dan Ali adalah Supupu sekaligus
menantu beliau. Akan tetapi, Bani Abbas merasa lebih berhak mewarisi Rasulullah
kerena beranggapan bahwa moyang mereka adalah paman Rasulullah.
Pusaka
tidak boleh diperoleh sepupu, jika ada paman. Sedangkan keturunan dari anak
perempuan tidak mewarisi pusaka datuk dengn adanya pihak ‘ashobah.
Dua
pandangan yang berbeda inilah yang menimbul Klaim bahwa masing-masing bahwa
memiliki hak jabatan atas Kekhalifaan setelah bapaknya Rasulullah.[2]
D.
PARA KHALIFAH DINASTI
ABBASIYAH
Para
Khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah , mereka adalah;
1.
Abul Abbas As-Shaffah. ( pendiri )
2.
Abu Ja’far Al-Mansur
3.
Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi
4.
Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid
5.
Abu Muhammad Musa Al-Hadi
6.
Abu Ja’far Abdullah Al-ma’mun
7.
Abu Musa Muhammad Al-Amin
8.
Abu Ishaq Muhammad Al-mu’thasyim
9.
Abu Ja’far Harun Al-watsiq
10. Abu Fadl Ja’far Al-mutawakkil
11. Abu Ja’far Muhammad
Al-muntashir
12. Abu Abbas Muhammad
Al-Musta’in
13. Abu Abdullah Muhammad
Al-mu’taz
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi
18. Abul fadl Ja’far Al-Mu’tadir
19. Abu Mansur Muhammad Al-qahir
20. Abul Abbas Ahmad Ar-Radi
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi
22. Abul Qasim Abdullah
Al-Mustaqfi
23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti
24. Abul Fadl Abdul karim At-Thai
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir
26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim
27. Adul Qasim Abdullah
Al-Muqtadi
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir
29. Abu Mansur Al-Fadl
Al-Mustarsyid
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid
31. Abu Abdullah Muhammad
Al-Muqtadi
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid
33. Abu Muhammad Al-Hasan
Al-Mustadi
34. Abu Al-abbas Ahmad An-Nasir
35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir
36. Abu Ja’far Al-Mansur
Al-Muntansir
37. Abu Ahmad Abdullah
Al-Mu’tashim Billah
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada
dimesir adalah sebagai berikut;
1.
Al-Muntashir 1261-1261 M
2.
Al-Hakim I 1261-1302 M
3.
Al-Mustakfi 1302-1340 M
4.
Al-Wasiq 1340-1341 M
5.
Al-Hamkim II 1341-1352 M
6.
Al-Mutadid I 1352-1362 M
7.
Al-Mutawakkil I 1362-1377 M
8.
Al-Mu’tashim 1377-1377 M
9.
Al-Mutawakkil I 1377-1383 M
10. Al-Watsiq II 1383-1386 M
11. Al-Mu’tashim 1386-1389 M
12. Al-Mutawakkil I 1389-1406 M
13. Al-Musta’in 1406-1414 M
14. Al-Mu’tadid 1414-1441 M
15. Al-Mustakfi II 1441-1451 M
16. Al-Qaim 1451-1455 M
17. Al-Mustanjid 1455-1479 M
18. Al-Mutawakkil II 1479-1479 M
19. Al-Mustamsikm 1497-1508 M
20. Al-Mutawakkil III 1508-1516 M
21. Al-Mustamsik 1516-1517 M
22. Al-Mutawakkil III 1517-1517 M
E. MASA KEJAYAAN PERADABAN
DINASTI ABBASIYAH
Pada periode pertama pemerintah Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama.
Peradaban
dan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaan pada masa
Bani Abbasiyah. Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah
Harun Ar-Rasyid (786-809) dan anak Al-Makmum (813-833 M).
Pada masa berkembangnya ilmu pengetahuan agama, seperti Ilmu
Al-qur’an, Hadist,Fiqh,Ilmu Kalam,Bahasa dan Sastra. Ilmu-ilmu umum masuk
kedalam islam melalui terjemahan dari bahasa yunani dan persia kedalam
bahasa arab, pada masa pemerinthan
Al-Makmum, pengaruh yunani sangat kuat. Diantara penerjemahan yang masyhur saat
itu adalah Hunain Bin Ishaq, seorang Kristen Nestarian yang banyak penerjemahan
buku-buku berbahasa yunani kedalam bahasa arab. Disampng itu, kemajuan tersebut
paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut;
1. Pada masa pemerintahan bani
Abbasiyah, bangsa-bangsa non-arab banyak yang masuk islam. Disamping itu bangsa
persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu,Filsafat,dan sastra.
2. Gerakan berlansung dalam tiga
fese,. Fase pertama masa Khalifah Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Fase
kedua, berlangsung mulai masa Khalifah Al-Makmum hingga tahun 300 H. Fase
ketiga berlangsung setelah tahun 300 H terutama setelah adanya perbuatan
kertas.
Dengan demikian, dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad
sangat maju sebagi pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa
kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat disebut sebagai berikut;
a.
Bidang Agama
1.
Fiqh
2.
Ilmu Tafsir
3.
Ilmu Hadist
4.
Ilmu Kalam
5.
Ilmu Bahasa
b.
Bidang Umum
1.
Filsafat
2.
Ilmu Kedokteran
3.
Matematika
4.
Farmasi
5.
Ilmu Astronomi
6.
Geografi
7.
Sejarah
8.
Sastra[3]
F.
KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Faktor-faktor penyebab kemunduran
a.
Faktor intern
1) Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta
kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah
mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap
Khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pada pendahulunya. Kondisi ini member
peluang kepada tentara professional asal Turki untuk mengambil alih kendali
pemerintahan.
2) Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani
Abbasiyah
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa
Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Persi.
Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian Khalifah terjadi secara tidak wajar.
Dari kedua belas khalifah pada periode kedua Dinasti Abbasiyah, hanya empat
orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya, para khalifah itu wafat
karena dibunuh atau diturunkan secara paksa.
3) Konflik keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan
khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat: pengikut
Muawiyah, Syiah, dan khawarij. Ketiga kelompok ini senantiasa berebut pengaruh.
Yang senantiasa berpengaruh pada masa kekhalifahan Abbasiyah adalah kelompok
sunni dan Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kelompok sunni dan
Syi’ah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kedua
kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.
b.
Faktor ekstern
1) Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh
khalifah, akibat kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam, secara real, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan
gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut
banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas. Adapun cara
provinsi-provinsi tersebut melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad adalah:
pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil
memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Idrisiyah di
Maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah,
kedudukannya semakin bertambah kuat, kemudian melepaskan diri, seperti daulat
Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan
2) Dominasi Bangsa Turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer
Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah
memperkerjakan orang-orang professional di bidang kemiliteran, khususnya
tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan
anggota militer inilah, dalam perkembangan selanjutnya, yang mengancam
kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tangan
mereka, khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuar apa-apa. Bahkan, merekalah
yang memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada
masa kekuasaan bangsa Turki I, mulai khalifah ke-10, khalifah
Al-Mutawakkil(tahun 232 H) hingga khalifah ke 22, khalifah Al-Mustaqfi Billah
(Abdullah Sunni-Qasim tahun 334 H). pada masa kekuasaan bangsa Turki II (Banu
saljuk), mulai dari khalifah ke-27, khalifah Muqtadie bin Muhammad (tahun 467
H) hingga khalifah ke-37, khalifah Musta’shim bin Mustanshir.
3) Dominasi bangsa Persia
Masa kekuasaan bangsa Persi (banu Buyah)
berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan pusat di Baghdad
dilucuti dan di berbagai muncul Negara-negara baru yang berkuasa dan membuat
kemajuan dan perkembangan baru.
Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Persi bekerja sama
dalam mengelola pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang
cukup pesat dalam berbagai bidang. Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani
Abbasiyah sedang mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari khalifah Muttaqi
(khalifah ke-22) kepada khalifah Muthie’ (khalifah ke-23) tahun 334 H.,Banu
Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.
Pada mulanya mereka berkhidmat kepada
pembesar-pembesar dari pada khalifah, sehingga banyak dari mereka yang menjadi
panglima tentara, diantaranya menjadi panglima besar. Setelah mereka memiliki
kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada dibawah telunjuk mereka dan
seluruh pemerintahan berada di tangan mereka. Khalifah Abbasiyah hanya tinggal
namanya saja, hanya disebut dalam doa-doa di atas mimbar, bertanda tangn di
dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang
dinar dan dirham.
G.
SEBAB-SEBAB KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
1. Faktor intern
a. Lemahnya semangat patriotism Negara,
menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan Islam tidak berdaya lagi menahansegala
amukan yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
b. Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian
yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan kerendahan budi menghancurkan
sifat-sifat baik yang mengandung negara selama ini.
c. Tidak percaya pada kekuatan sendiri. Dalam
mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah mengundang kekuatan asing.
Akibatnya, kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah.
d. Fanatic madzhab persaingan dan perebutan yang
tiada henti antara Abbasiyah dan Alawiyah menyebabkan kekuatan umat Islam
menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.perang ideology antara Syi’ah
dari fatimiah melawan Ahlu Sunnah dari Abbasiyah, banyak menimbulkan korban.
Aliran Qaramithah yang sangat ekstrim dalam tindakan-tindakannya yang dapat
menimbulkan bentrokan di masyarakat. Kelompok
Hashshashin yang dipimpin oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari Thus
di Persi merupakan aliran Ismiliyah, salah satu sekte Syi’ah adlah kelompok
yang sangat dikenal kekejamannya, yang sering melakukan pembunuhan terhadap
penguasa Bani Abbasiyah yang beraliran Sunni. Pada
saat terakhir dari hayatnya Abbasiyah, tentara Tartar yang datang dari luar
dibantu dari dalam dan dibukakan jalanya
oleh golongan Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamy.
e. Kemerosotan ekonomi terjadi karena banyaknya
biaya yang digunakan untuk anggaran
tentara, banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk
berfoya-foya, kehidupan para khalifah dan keluarganya serta pejabat-pejabat
Negara yang hidup mewah, jenis pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat
yang korupsi dan semakin wilayah kekuasaan khalifah karena telah banyak
provinsi yang telah memisahkan dir.
2. Factor ekstern
Disintegrasi, akibat kebijakan untuk
mengutamakan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam dari pada politik,
provinsi-provinsi tertentu dipinggiran mulai melepaskan dari genggaman penguasa
Abbasiyah. Mereka sekedar memisahkan diri dari kekuasaan khalifah, tetapi
memberontak dan berusaha merebut pusat kekuasaan di Baghdad. Hal ini
dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbankan umat, tang berarti juga
menghancurkan sumber daya manusia (SDM).(provinsi-provinsi yang melepaskan diri
dari dinasti Abbasiyah, dijelaskan selanjutnya). Yang paling membahayakan
adalah pemerintah yang membahayakan adalah pemerintah tandingan Fatimiyah di
Mesir walaupum pemerintahan lainnya pun cukup menjadi perhitungan para khalifah
di Baghdad. Pada akhirnya, pemerintah-pemerintah tandingan ini dapat di
taklukkan atas bantuan Bani Saljuk atau Buyah
H.
AKHIR KEKUASAAN DINASTI ABBASIYAH
Akhir
dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Hulagu Khan adalah seorang
saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara
Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah
barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan
tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim
billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang
ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih
bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.
Dengan
demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam
percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.[4]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan
ummat Islam yang merupakan masa keemasan dan kejayaan dari peradaban ummat
Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah kekayaan negara melimpah ruah
dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam mengalami
kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh
ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat umum
seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini telah ada lebih dari 800 dokter
yang berada di kota Baghdad. Dalam bidang matematika melahirkan ilmuan bernama
Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol. Demikian juga dari biang ilmu
agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu
tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada masa
pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin,
karena pada masa inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan
dilakukan dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi, dan
pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir pemerintahan Khalifah Bani
Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan
dari serangan tentara Mongol yang telah mengahncurkan pusat peradaban Ummat
Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah,
yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu ummat Islam yang tak ternilai
harganya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah peradaban islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.138
·
Ajid Thahir,Perkembangan
peradaban di kawasan dunia Islam,Jakarta,2004,hlm.45
·
Drs. Samsul munir Amin,
MA,sejarah peradaban islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.141
·
Dedi supriyadi, M.Ag,Sejarah
peradaban Islam,pustaka setia Bandung,hlm.137
[1] Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah
peradaban islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.138
[2] Ajid Thahir,Perkembangan
peradaban di kawasan dunia Islam,Jakarta,2004,hlm.45
[3] Drs. Samsul munir Amin, MA,sejarah peradaban islam,Jakarta:Amzah,1992,hlm.141
[4] Dedi supriyadi, M.Ag,Sejarah
peradaban Islam,pustaka setia Bandung,hlm.137